Kamis, 13 November 2008

BUDI DAYA IKAN HIAS

Ikan Cupang dan Ikan Laut Hias
Si Manja yang Berparas Ayu

Keindahan ikan air tawar ini ada pada kibasan ekornya. Ibarat memakai rok panjang, ia melenggak-lenggok bak model genit, membuat gemas yang melihatnya. Ya, namanya ikan cupang. Tak hanya itu, warna-warni jenis ikan air asin (laut) juga turut memperkaya dunia ikan hias Tanah Air.

Seperti biasa – sore itu Fandy – kolektor yang juga pebisnis ikan hias di Surabaya bertandang ke sebuah toko ikan di Surabaya Timur. Kehadirannya itu bertujuan untuk mengambil pesanan ikan yang ia inginkan. Sebagai pecinta ikan cupang, ia tak sulit menemukan sejumlah jenis ikan berkualitas dari sekian banyak jajaran akuarium persegi berukuran 10×10x20 yang tersusun rapi.
“Ikan cupang itu lucu, terutama warnanya yang terlihat cantik saat dia sedang marah,” tandas Fandy.
Selain komplit dan banyak jenis, ia sengaja sering datang ke tempat ini, karena sang empu sudah bukan orang baru lagi di dunia ikan cupang. Keberhasilannya menciptakan cupang berkualitas, membuat piala dan tropi sudah bukan barang baru lagi. Adalah Mr Gondrong, pebisnis sekaligus kolektor ikan cupang di Surabaya.
Karena sudah bergelut dengan ikan cupang lama, membuat pria ini pandai dan jeli memilih cupang berkualitas. Nama besar Gondrong bahkan tak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar, beberapa pejabat pemerintahan dan pecinta cupang dari luar kota pun, kenal akrab dengan pria yang identik dengan rambut panjang ini.
Dunia Ikan Cupang
Secara umum ia menjelaskan, di dunia ikan cupang pada dasarnya dibedakan jadi dua golongan besar, yaitu ikan cupang hias dan cupang tarung. Cupang hias pada umumnya memiliki sirip, ekor panjang, dan cantik. Sedangkan cupang tarung, biasanya memiliki sirip dan ekor yang minimalis.
hargDalam hal penyembuhan, cupang hias dan cupang tarung memiliki proses penyembuhan yang berbeda. Jika pada cupang tarung, bagian yang rusak bisa kembali lagi dalam 2 hari, pada cupang hias, kerusakan tak mungkin bisa kembali lagi.
“Itu membuat pemeliharaan ikan jenis ini harus konsisten, karena pemeliharaan yang intensif beberapa tahun, akan sia-sia ketika beberapa bagian yang membuat cupang hias cacat, baik yang disengaja atau tidak disengaja,” ujar Gondrong. “Itu yang kemudian membuat pautan harga kedua jenis cupang ini relatif jauh. Di usia dewasa misalnya, cupang hias sering dijual rata-rata Rp 200 ribu ke atas. Sedang cupang hias dijual sekitar Rp 10 ribu per ekor,” lanjutnya.
Namun harga itu tidak berlaku jika si ikan sering menang dalam beberapa kontes. Semakin sering mendapat tropi, maka makin mahal pulaa yang dibandrol.
Klasifikasi Jenis dan Kelas Kontes Cupang
Seperti halnya ikan hias jenis lain, cupang juga dikenal dalam beberapa jenis. Perbedaan nama ini biasanya dibedakan berdasarkan ciri fisik yang khas dari ikan pemarah ini. Secara luas, cupang hias dibedakan jadi beberapa jenis. Diantaranya half moon, plakat, duble tale, dan serit.
Pada dasarnya, masih kata Gondrong, beberapa jenis ini berasal dari indukan yang sama, hanya sifat yang berbeda di bagian akar ini, membuat perbedaan setiap nama berbeda satu dengan yang lain. Half moon – sesuai dengan namanya – bentuk ekor dan sirip jenis ini mirip dengan bentuk bulan separuh, bahkan lebih sedikit jika melihat derajatnya.
Ekornya makin lebar dan makin rapat sudut yang dibentuk, sehingga tiga bagian (sirip bawah dan atas serta ekor) terlihar menyatu. Ada juga jenis half moon rose – sesuai dengan bentuk mawar – jenis ini memiliki bentuk ekor bulat dengan lipatan-lipatan yang anggun seperti gaun.
Double tale – memiliki ekor yang terlihat ganda. Konon, jenis ini memiliki kerabat yang dekat, bahkan beberapa spesies berindukan half moon. Hanya jenis ini bermutasi. Belahan yang ada di tengah, membuat jenis ini berekor dua. Jenis yang ketiga adalah serit. Sekilas, jenis ini memiliki bentuk ekor dan sirip bulat.
Hanya tulang ekor dan sirip yang mencuat, membuat jenis ini bak sisir yang dalam bahasa jawanya serit. Dibanding dengan half moon, jenis ini terbilang susah dalam hal perawatan, karena serit yang keluar rawan bengkok atau patah. Untuk mendapatkan jenis yang berkualitas amatlah susah, karena formalitas dan panjang serit sering jadi prioritas yang ‘benar’ diperhatikan.
Jenis terakhir adalah plakat. Sekilas, jenis ini mirip dengan cupang aduan. Hanya ekor dan sirip yang tumbuh lebih panjang, tapi tak sepanjang jenis half moon. Dengan badan yang kekar dan bentuk sirip semi bulat, jenis ini terlihat gagah, meski ia sering diikutkan kontes kecantikan. Tak ada patokan untuk harga setiap jenisnya. Umumnya harga berlaku sama, hanya kualitas dan kecantikan ikan sering membuat bandrol semakin naik.
“Dalam rekor penjualan, saya pernah menjual satu ekor cupang langganan saya senilai Rp 4 juta. Jadi semakin sering ikan ikut kontes, makin sering mendapat gelar. Harga mahal sudah bukan hal yang mustahil lagi,” ungkap arek Surabaya ini. [adi]

Siapkan Jawara Ikan Cupang Sejak Dini

Memilih ikan cupang untuk dibawa ke kontes rupanya bisa disiapkan jauh-jauh hari, bahkan sebelum ikan berusia 2 bulan. Bagaimana caranya ? Berikut tips pemilihan bakalan berkualitas ala Gondrong. Umumnya, ciri dan kecantikan cupang kontes sudah terlihat sejak usia 2 bulan. Meski warna belum terbentuk, tapi bentuk ekor dan badan sudah jadi standar ikan berkualitas atau tidak.
“Umumnya, ikan yang baik memiliki ekor bulat seperti huruf ‘C’, bukan huruf ‘D’ (dua bentuk ini biasanya bisa dilihat dari bagian ekor dan sirip yang tertutup rapat). Begitu juga anakan, semakin mendekati ciri ini, makin berkualitas pula ikan ini nantinya,” jelas Gondrong.
Tak cukup dengan hal itu, bentuk badan juga sering jadi acuan. Badan yang proporsional (sama dan sesuai ketika dipandang antara badan dan ekor) adalah langkah ke dua dalam memilih anakan. Itu yang sering juga jadi patokan orang untuk memilah cupang jantan dan cupang betina.
“Bentuk badan betina biasanya tak merata. Bagian depan akan terlihat lebih besar daripada bagian belakang. Hal yang berbeda tampak pada jenis jantan. Ukurannya rata dan badannya kekar adalah ciri umum pada jenis ini, sehingga dibandingkan dengan betina, jenis jantan sering dilombakan,” kata Gondrong.
Saat memilih cupang sesuai dengan bentuk badan, umumnya kita bisa memilah mana yang sesuai dan yang tidak. Patokannya, kembali lagi pada sirip dan ekor, jika sesuai berarti ikan akan tumbuh dengan cantik. Selain itu, bagian lain yang sering jadi perhatian adalah ekor.
Menurut Gondrong, tulang ekor yang baik berjumlah minim 6-18 ruas dengan interval sama. Jika dua pasang – semua harus dua – dan usahakan tak ada satu tulang ekor pun yang patah atau bengkok, karena dalam kontes hal ini sering mengurangi penilaian juri. Hal yang sama juga harus diperhatikan di bagian sirip dan dasi cupang. Jika tidak merata, maka dominasi kecantikan cupang akan berkurang.
Setelah anakan siap dikembangkan, barulah perawatan lebih menitik-beratkan pada pemberian makanan, kebersihan lingkungan, dan penggunaan media air yang tepat. Terkadang orang sering menyepelekan beberapa hal ini. Padahal kesehatan ikan yang kurang terjaga, membuat kecantikannya semakin menurut. Itu ditandai oleh rontoknya sirip.
Selain bentuk yang sempurna, warna juga sering diperhitungkan dalam kontes cupang hias. Paling sering dalam hal ini ada tiga kelas ketika kita fokus disatukan pada segi warna, yaitu kelas warna dasar, kombinasi, dan bebas. [adi]
Makanan Tepat Bagi si Cupang
Tak cukup dengan makanan instan, cupang biasanya cocok diberi makanan alami. Selain tak sedikit jenis yang tak suka makanan instan, pemberian nutrisi yang cukup akan meningkatkan pertumbuhan tampilan dan warna ikan.
“Kendala saat merawat cupang biasanya terletak pada makanan. Cupang sering tak familiar, bahkan tak suka dengan makanan instan yang biasa dijual di pasaran. Untuk itulah, kita biasanya dapat mengantisipasi dengan memberinya makanan pengganti alternatif,” papar Gondrong.
Makanan ikan ini antara lain cacing sungai, nematode (kutu air), udang, dan makanan beku. Cacing sungai atau orang biasa menyebutnya dengan cacing darah. Itu berbeda dengan cacing tanah, biasanya cacing ini berukuran kecil. Jika Anda tak ingin susah mencarinya di sungai, Anda bisa mendapatkannya di penjual ikan hias atau pedagang cacing sungai yang banyak dijumpai ketika musim hujan datang.
Harganya sangat terjangkau – perkilonya – Anda mungkin akan mengeluarkan uang tak kurang Rp 30 ribu. Sedangkan kutu air – berbentuk seperti jentik nyamuk – hanya berwarna merah dan berukuran kecil. Seperti cacing darah, pakan ini juga sering dijual beberapa penjual ikan hias dengan harga Rp 5000 per kantong.
Selain makanan hidup, cupang juga bisa diberi makanan semi instan, seperti cacing beku. Kali ini makanan dibekukan dan akan mencair ketika makanan diberikan ke ikan. Untuk mendapatkan makanan ini, biasanya kita dihadapkan pada beberapa merk tertentu dan dijual dalam bentuk sachet.
Meski sering langsung dilahap ketika kita memasukkan makanan ini, pensterilan tetap harus dilakukan untuk memutus rantai perkembangan bakteri penyebab penyakit pada ikan. Untuk mensterilkan makanan, biasanya dilakukan penjemuran yang sebelumnya sudah dicampuri beberapa bahan anti-oksidan yang bisa didapat secara bebas di pasaran.
Umumnya, makanan bisa diberikan dua kali dalam sehari ketika pagi dan sore. Intensitas inilah yang akhirnya membuat kita harus tetap waspada, karena ikan akan sering membuang kotoran.
“Usahakan mengambil kotoran dengan selang dan membuangnya, dengan sekali dalam seminggu mengganti penuh air yang ada. Itu jika Anda ingin ikan bebas dari penyakit,” ujar Gondrong. [adi]

Ikan Laut Hias
Perlakuan Ekstra di Tahap Awal
Masih ingat dengan film animasi yang bercerita tentang kehidupan di dalam laut, Finding Nemo? Dalam film itu, berbagai jenis ikan laut jadi bintangnya. Jenis-jenis menawan, seperti Brown Kelly, Blue Devil, Polly Mars, Capungan, dan Kodok Kuning jadi incaran penggemar ikan laut hias.
Wajar bila Anda terpesona dengan karakter lucu mereka dan tak hanya menikmati animasinya. Sebab, kita pun bisa memelihara dan bisa mengagumi pesonanya kapan pun. Keragaman ikan laut terkenal dengan karakternya yang bervariasi, baik dari bentuk, warna ataupun sifatnya.
Ikan laut digolongkan jadi dua kategori, yaitu untuk konsumsi dan estetika (hiasan). Keragaman inilah yang membuatnya jadi daya tarik sendiri bagi setiap orang. Paling dominan yang menandai perbedaannya kebanyakan ada pada struktur tubuhnya. Tak sedikit orang yang memanfaatkan keindahan tubuhnya sebagai dekoratif akuarium. Warna-warni dan bentuk yang unik, membuat mata tak bosan untk terus berlama-lama di depan akuarium. Belum lagi kolaborasi setting dengan gerombolan terumbu karang.
“Konon, memilihara ikan bisa dijadikan alternatif terapi pikiran. Coba saja ketika sedang pusing, Anda melihat gerombolan ikan di akuarium, pasti pikiran penat akan hilang,” kata Pedagang Ikan Laut Hias di Patuha Surabaya, Anshori.
Namun untuk memelihara ikan laut hias ini bukanlah perkara mudah untuk diterapkan. Pasalnya jika dilakukan secara asal, akan berakibat fatal bagi proses kehidupan biota di dalamnya. Misalnya ikan, terumbu karang, dan tumbuhan air di dalamnya. Banyak kasus tragis yang sering terjadi saat memelihara ikan laut hias ini.
Kebanyakan ikan ada dalam kondisi stres atau malahan mati. Ini seringkali dikeluhkan, terlebih bagi mereka yang masih awam dengan karakter kehidupan ikan laut. Sebenarnya, menurut karyawan Anshori – Wawan, merawat ikan laut hias bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Itu selama kita tahu langkah-langkah aman yang diterapkan untuk ikan dan biota laut lainnya. Mau tahu tips sukses merawat ikan laut hias?

  • Pertama: Filterisasi
  • Proses filter air perlu dilakukan sebagai langkah awal sebelum ikan dan biota laut lain masuk ke akuarium. Tujuannya, untuk proses sirkulasi dan menetralisir kadar garam di dalamnya. Untuk mengetahui kadar garam air laut dalam akuarium bisa mengunakan alat pengukur hydrometer. Pasalnya, jika kadar garam terlalu tinggi, besar kemungkinan ikan akan berubah warna. Sedangkan kadar garam rendah, membuat ikan lemas.
    Waktu efektif yang diperlukan untuk proses filterisasi ini bisa dilakukan selama satu hari.
    Demikian halnya proses sirkulasi akan lebih maksimal, jika diterapkan terpisah dari akuarium utama. Itu dilakukan untuk meminimkan frekuensi pengurasan akuarium. Dijamin dalam jangka waktu satu tahun, akuarium tetap bersih tanpa dikuras.

  • Kedua: Pemilihan Ikan
  • Ada hal yang juga perlu diperhatikan dalam langkah awal ini. Terlebih, bagi Anda yang baru pertama kali bergelut dengan ikan laut hias. Disarankan untuk tidak membeli dalam jumlah banyak. Itu untuk memberi kesempatan pada ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan buatan yang baru. Ini tak hanya berlaku untuk ikan, terumbu dan tanaman laut juga harus melewati fase ini.
    Hal itu terjadi, karena sebagian besar ikan laut hias yang ditangkap menggunakan potas (racun ikan), sehingga ikan ada dalam tingkat stres yang tinggi. Banyaknya orang yang gagal dalam merawat ikan laut hias lantaran tidak mengerti banyak tentang kondisinya.
    “Itulah tujuan untuk tidak membeli ikan dalam jumlah banyak pada tahap awal dan usahakan agar ukuran ikan dalam satu akuarium sepadan. Itu untuk mencegah tingkat stres, khususnya bagi ikan kecil,” jelas Wawan.

  • Ketiga: Sinar UV&Pendingin
  • Karena ikan laut ini hidup di habitat buatan, tentu aspek-aspek pendukung juga dibuat menyerupai habitat asli. Misalnya, penyinaran dan kondisi suhu dalam air. Sebagian besar biota laut membutuhkan asupan sinar matahari, meski tak secara langsung.
    Untuk mengakali ini, bisa dengan menerapkan sinar ultraviolet buatan. Sama halnya dengan penyesuian kondisi di dalam laut, dimana biota lebih menyukai suhu dingin. Membuat kondisi ini, penggunaan chiller (pendingin) boleh dianjurkan dengan menerapkan tingkat derajat 26-270 C. Sebab harga chiller tergolong mahal, alternatif memanfaatkan es batu pun bisa dilakukan 4-5 kali dalam sehari. [santi]

    Tidak ada komentar: