Jumat, 14 November 2008

BUDIDAYA IKAN MAS

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang

pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475

sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun

1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas

yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan

Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat

10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.


2. SENTRA PERIKANAN

Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,

sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan

umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,

Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta


3. JENIS

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

Anak kelas : Actinopterygii

Bangsa : Cypriniformes

Suku : Cyprinidae

Marga : Cyprinus

Jenis : Cyprinus carpio L.

Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri

dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan

kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,

bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas

adalah sebagai berikut:

1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;

bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;

perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.

2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih

gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila

diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang

badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.

3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata

pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;

gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan

panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.

4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif

panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan

lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan

antara 3,5:1.

5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik

bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari

warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp,

long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,

shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku

nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.

Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang

berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang

berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang

banyak dibudidayakan.


4. MANFAAT

1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

2) Sebagai ikan hias.


5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,

tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar

dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%

untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada

ketinggian antara 150-1000 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh

dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air

deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi

pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air

tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras

debitnya 100 liter/menit/m3.

6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.

7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.


6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam

dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga

memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

a. Kolam pemeliharaan induk

Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.

Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter

persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila

diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200

meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan

dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu

bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang

sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

b. Kolam pemijahan

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.

Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan

dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa

untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18

m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah

pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu

pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai

pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam

penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali

juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam

penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah

yang ada telurnya.

c. Kolam pendederan

Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan

pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama

dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.

Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan

dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran

dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir

adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk

memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah

pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air

sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas

diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu

untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,

baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),

cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar

kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan

mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan

panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat

menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk

mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur

yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara

terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan

penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),

sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk

menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),

scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk

segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk

pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.

Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah

pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk

memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,

diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing

dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk


buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram

dan 10 gram/meter persegi.


6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Induk

Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu

secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin

meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan

maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.

Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi

alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya

pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan

teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian

kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian

kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan

penyeleksian terhadap induk ikan mas.

Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang

untuk dipijah adalah sebagai berikut:

a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:

umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.

b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor

mulus, sehat, sirip tidak cacat.

c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;

panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak

jernih.

d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.

e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih

panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah

sebagai berikut:

a) Betina

- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.

- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.

- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

b) Jantan

- Badan tampak langsing.

- Gerakan lincah dan gesit.

- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2) Sistim Pembenihan/Pemijahan

Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:

a. Sistim pemijahan tradisional

Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:

- Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan

telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam

penetasan.

- Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit

bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari

tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke

kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian

sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.

- Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan

rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di

seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;

(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;

(4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela

bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.

- Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam

sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk

dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di

permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan

ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam

pendederan.

- Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit

keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi

air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan

merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur

digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)

setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)

setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

- Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan

tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.

b. Sistim kawin suntik

Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur

dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise

ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor

(berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah

suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana

yang lengkap dan perawatan yang intensif.

3) Pembenihan/Pemijahan

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:

a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.

b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan

suhu berkisar 25 derajat C.

c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.

d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan

seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.

e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet

diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran

2-4% dari jumlah berat induk ikan.

4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan

Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur

hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan

(luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana

kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan

liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan

pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.

Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah

benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1

bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.

b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang

disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran

benih menjadi 3-5 cm.

c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang

disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran

benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus

3-5% dari jumlah bobot benih.

d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang

disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih

menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%

dari jumlah bobot benih.

5) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan

pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari

selama 3 minggu.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN


6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun

monokultur.

a) Polikultur

1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau

2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.

b) Monokultur

Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan

dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk

jantan dan betina.

1) Pemupukan

Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,

TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam

diisi air 39-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam

disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,

Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas

serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari

kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung

pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka

padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan

pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).

Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.

2) Pemberian Pakan

Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan

buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang

cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.

Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban

diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur

rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter

air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada

benih, perawatan 5-7 hari.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah

menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak

tercemari/teracuni oleh zat beracun.


7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Bebeasan (Notonecta)

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan

minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

2) Ucrit (Larva cybister)

Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit

diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

3) Kodok

Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang

mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.

4) Ular

Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;

pemagaran kolam.

5) Lingsang

Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

6) Burung

Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.

Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi

rumbai-rumbai atau tali penghalang.

7) Ikan gabus

Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau

dibuat bak filter.

Belut dan kepiting

Pengendalian: lakukan penangkapan.

7.2. Penyakit

1) Bintik merah (White spot)

Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih,

pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan

badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah

serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam

larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4

cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur

NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)

Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung

terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur

kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.

3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)

Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,

ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi

pendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam

larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam

Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang

berlebihan.

4) Kutu ikan (argulosis)

Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian

kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).

Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20

gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3)

selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.

5) Jamur (Saprolegniasis)

Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.

Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang

jamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam

larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur

yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.

6) Gatal (Trichodiniasis)

Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan

badan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit

dalam larutan formalin 150-200 ppm.

7) Bakteri psedomonas flurescens

Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip

ekor terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur

oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama

7 hari berturut-turut.

Bakteri aeromonas punctata

Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit

kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu

gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian:

penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100

mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari

berturut-turut.

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya

penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:

1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.

3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.

4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu

pintu pemasukan air.

5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan

secara hati-hati dan benar.

7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)

sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8. PANEN

8.1. Pemanenan Benih

Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat

tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana

yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus

sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih

sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar

benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih

untuk penyimpanan benih hasil panen.

Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan

sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan

tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam

pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan

tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut

benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam

ember atau keramba.

Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat

diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.


8.2. Cara Perhitungan Benih

Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak

penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara

menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan

menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,

dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih

biasanya dengan cara:

a) Penghitungan dengan sendok.

b) Penghitungan dengan mangkok.


8.3. Pembersihan

Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada

saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang

lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut,

maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih

ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.

Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang

telah disiapkan.


8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran

Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen

total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat

berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara

mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak

pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu

pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.

Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan

menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan

secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.


9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan

ikan hidup maupun ikan segar.

1) Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam

keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke

konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:

a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

C.

b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang

perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.

b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak

dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan

daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan

seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi

kotak maksimum 50 cm.

d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.

Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan

jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian

ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es

lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian

juga antara ikan dengan penutup kotak.

3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah

sebagai berikut:

a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan

tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong

plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama

dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan

air sumur yang telah diaerasi semalam.

c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.

Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan

dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1

m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan

dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan

ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan

dengan ukuran benihnya.

d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi

menjadi dua bagian, yaitu:

- Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak

memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.

Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk

mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

- Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan

waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media

pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer

Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang

diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam

kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan

kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung

dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga

(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik

dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.

Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m

dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan

adalah sebagai berikut:

- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin

dalam 10 liter air bersih).

- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam

setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong

plastik terjadi perlahan-lahan.

- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-

2 menit.

- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan

benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan

dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli

dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau

formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2 (kapasitas 1000 ekor)

selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.

1) Biaya produksi

a. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-

b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-

c. Pakan

- Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-

- Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-

- Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-

- Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-

- Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-

- Obat-oabatan Rp. 10.000,-

d. Peralatan Rp. 50.000,-

e. Lain-lain Rp. 150.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-

2) Pendapatan

a. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-

b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-

c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-

Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-

a. Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-

4) Parameter kelayakan usaha

B/C ratio 1,39

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,

danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi

alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.

Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh

pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal

pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,

penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar

lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil

penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat

berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir

di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak

ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan

faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor

perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.


11. DAFTAR PUSTAKA

1) DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam

Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2

2) GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27

Agustus 1988 hal. 5

3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung

Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal. 5

4) RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan Dan

Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal. 7

5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :

Kanisius.

6) SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan

di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.

7) SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7.

Jakarta : Penebar Swadaya.


12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;

Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Editor : Kemal Prihatman

BUDIDAYA IKAN KOI

Ikan koi memang indah. Sisiknya yang berwarna - warni dan bentuk tubuhnya yang menggemaskan, membuat ikan ini banyak dicari orang. Meskipun ikan koi ini bibitnya awalnya berasal dari Jepang, namun kini banyak dibudidayakan di dalam negeri, salah satunya oleh petani ikan koi di Sumedang, Jawa Barat.

Lokasi budidaya ikan koi di Sumedang dapat dicapai dari Jakarta melalui jalan Tol Jakarta – Bandung. Pemandangan di sepanjang jalan tol sangat asri, dengan hamparan sawah, dan jembatan kereta api. Keluar di Pintu Tol Cileunyi, lalu mengambil arah ke kota Sumedang.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Desa Padasuka, Sumedang Utara. Dari kota Sumedang dapat ditempuh sekitar setengah jam perjalanan. Disinilah tempat budidaya ikan koi. Salah satunya milik Pak Taufik, yang tergabung dalam kelompok pada suka koi.

Ikan koi di kolam ini telah cukup dewasa untuk dipindahkan ke kolam air jernih. Pengambilan ikan dari kolam dilakukan dengan menggunakan jarring. Melihat ikan koi yang besar dan lucu, saya jadi tertarik untuk memegangnya. Namun menangkap ikan koi di kolam ternyata tidak mudah.

Budidaya ikan koi tidak gampang. Perlu ketelitian dan kesabaran. Induk ikan mula - mula disatukan di kolam pemijahan. Induk ikan dipilih yang sehat dan telah matang gonad.
Di kolam ini diisi satu induk betina dan dua induk jantan. Ini dikarenakan ukuran induk betina lebih besar dari induk jantan.

Anak ikan koi yang telah menetas kemudian diletakkan di kolam air keruh. Di kolam ini berisi ribuan anak ikan koi. Agar cepat besar, anak ikan diberi makan pelet khusus secara teratur. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari.

Di kolam inilah ikan koi dewasa dikarantina agar bersih dari penyakit dan penampilannya lebih cemerlang. Agar ikan tumbuh sehat dan tidak stress, kolam dibuat sedalam 1,7 meter. Kali ini saya juga didampingi Ibu Yati dari dinas peternakan dan perikanan Sumedang, yang kebetulan juga sedang berkunjung ke tempat ini.

Ikan koi hasil produksi petani ikan hias disini dijual ke sekitar wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Harganya per ekor mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Budidaya ikan koi merupakan pilihan usaha di bidang perikanan yang menguntungkan. Omset petani ikan koi disini setiap bulannya bisa mencapai 20 juta rupiah. (Helmi Azahari/Dv/Sup).

Kamis, 13 November 2008

BUDI DAYA IKAN HIAS

Ikan Cupang dan Ikan Laut Hias
Si Manja yang Berparas Ayu

Keindahan ikan air tawar ini ada pada kibasan ekornya. Ibarat memakai rok panjang, ia melenggak-lenggok bak model genit, membuat gemas yang melihatnya. Ya, namanya ikan cupang. Tak hanya itu, warna-warni jenis ikan air asin (laut) juga turut memperkaya dunia ikan hias Tanah Air.

Seperti biasa – sore itu Fandy – kolektor yang juga pebisnis ikan hias di Surabaya bertandang ke sebuah toko ikan di Surabaya Timur. Kehadirannya itu bertujuan untuk mengambil pesanan ikan yang ia inginkan. Sebagai pecinta ikan cupang, ia tak sulit menemukan sejumlah jenis ikan berkualitas dari sekian banyak jajaran akuarium persegi berukuran 10×10x20 yang tersusun rapi.
“Ikan cupang itu lucu, terutama warnanya yang terlihat cantik saat dia sedang marah,” tandas Fandy.
Selain komplit dan banyak jenis, ia sengaja sering datang ke tempat ini, karena sang empu sudah bukan orang baru lagi di dunia ikan cupang. Keberhasilannya menciptakan cupang berkualitas, membuat piala dan tropi sudah bukan barang baru lagi. Adalah Mr Gondrong, pebisnis sekaligus kolektor ikan cupang di Surabaya.
Karena sudah bergelut dengan ikan cupang lama, membuat pria ini pandai dan jeli memilih cupang berkualitas. Nama besar Gondrong bahkan tak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar, beberapa pejabat pemerintahan dan pecinta cupang dari luar kota pun, kenal akrab dengan pria yang identik dengan rambut panjang ini.
Dunia Ikan Cupang
Secara umum ia menjelaskan, di dunia ikan cupang pada dasarnya dibedakan jadi dua golongan besar, yaitu ikan cupang hias dan cupang tarung. Cupang hias pada umumnya memiliki sirip, ekor panjang, dan cantik. Sedangkan cupang tarung, biasanya memiliki sirip dan ekor yang minimalis.
hargDalam hal penyembuhan, cupang hias dan cupang tarung memiliki proses penyembuhan yang berbeda. Jika pada cupang tarung, bagian yang rusak bisa kembali lagi dalam 2 hari, pada cupang hias, kerusakan tak mungkin bisa kembali lagi.
“Itu membuat pemeliharaan ikan jenis ini harus konsisten, karena pemeliharaan yang intensif beberapa tahun, akan sia-sia ketika beberapa bagian yang membuat cupang hias cacat, baik yang disengaja atau tidak disengaja,” ujar Gondrong. “Itu yang kemudian membuat pautan harga kedua jenis cupang ini relatif jauh. Di usia dewasa misalnya, cupang hias sering dijual rata-rata Rp 200 ribu ke atas. Sedang cupang hias dijual sekitar Rp 10 ribu per ekor,” lanjutnya.
Namun harga itu tidak berlaku jika si ikan sering menang dalam beberapa kontes. Semakin sering mendapat tropi, maka makin mahal pulaa yang dibandrol.
Klasifikasi Jenis dan Kelas Kontes Cupang
Seperti halnya ikan hias jenis lain, cupang juga dikenal dalam beberapa jenis. Perbedaan nama ini biasanya dibedakan berdasarkan ciri fisik yang khas dari ikan pemarah ini. Secara luas, cupang hias dibedakan jadi beberapa jenis. Diantaranya half moon, plakat, duble tale, dan serit.
Pada dasarnya, masih kata Gondrong, beberapa jenis ini berasal dari indukan yang sama, hanya sifat yang berbeda di bagian akar ini, membuat perbedaan setiap nama berbeda satu dengan yang lain. Half moon – sesuai dengan namanya – bentuk ekor dan sirip jenis ini mirip dengan bentuk bulan separuh, bahkan lebih sedikit jika melihat derajatnya.
Ekornya makin lebar dan makin rapat sudut yang dibentuk, sehingga tiga bagian (sirip bawah dan atas serta ekor) terlihar menyatu. Ada juga jenis half moon rose – sesuai dengan bentuk mawar – jenis ini memiliki bentuk ekor bulat dengan lipatan-lipatan yang anggun seperti gaun.
Double tale – memiliki ekor yang terlihat ganda. Konon, jenis ini memiliki kerabat yang dekat, bahkan beberapa spesies berindukan half moon. Hanya jenis ini bermutasi. Belahan yang ada di tengah, membuat jenis ini berekor dua. Jenis yang ketiga adalah serit. Sekilas, jenis ini memiliki bentuk ekor dan sirip bulat.
Hanya tulang ekor dan sirip yang mencuat, membuat jenis ini bak sisir yang dalam bahasa jawanya serit. Dibanding dengan half moon, jenis ini terbilang susah dalam hal perawatan, karena serit yang keluar rawan bengkok atau patah. Untuk mendapatkan jenis yang berkualitas amatlah susah, karena formalitas dan panjang serit sering jadi prioritas yang ‘benar’ diperhatikan.
Jenis terakhir adalah plakat. Sekilas, jenis ini mirip dengan cupang aduan. Hanya ekor dan sirip yang tumbuh lebih panjang, tapi tak sepanjang jenis half moon. Dengan badan yang kekar dan bentuk sirip semi bulat, jenis ini terlihat gagah, meski ia sering diikutkan kontes kecantikan. Tak ada patokan untuk harga setiap jenisnya. Umumnya harga berlaku sama, hanya kualitas dan kecantikan ikan sering membuat bandrol semakin naik.
“Dalam rekor penjualan, saya pernah menjual satu ekor cupang langganan saya senilai Rp 4 juta. Jadi semakin sering ikan ikut kontes, makin sering mendapat gelar. Harga mahal sudah bukan hal yang mustahil lagi,” ungkap arek Surabaya ini. [adi]

Siapkan Jawara Ikan Cupang Sejak Dini

Memilih ikan cupang untuk dibawa ke kontes rupanya bisa disiapkan jauh-jauh hari, bahkan sebelum ikan berusia 2 bulan. Bagaimana caranya ? Berikut tips pemilihan bakalan berkualitas ala Gondrong. Umumnya, ciri dan kecantikan cupang kontes sudah terlihat sejak usia 2 bulan. Meski warna belum terbentuk, tapi bentuk ekor dan badan sudah jadi standar ikan berkualitas atau tidak.
“Umumnya, ikan yang baik memiliki ekor bulat seperti huruf ‘C’, bukan huruf ‘D’ (dua bentuk ini biasanya bisa dilihat dari bagian ekor dan sirip yang tertutup rapat). Begitu juga anakan, semakin mendekati ciri ini, makin berkualitas pula ikan ini nantinya,” jelas Gondrong.
Tak cukup dengan hal itu, bentuk badan juga sering jadi acuan. Badan yang proporsional (sama dan sesuai ketika dipandang antara badan dan ekor) adalah langkah ke dua dalam memilih anakan. Itu yang sering juga jadi patokan orang untuk memilah cupang jantan dan cupang betina.
“Bentuk badan betina biasanya tak merata. Bagian depan akan terlihat lebih besar daripada bagian belakang. Hal yang berbeda tampak pada jenis jantan. Ukurannya rata dan badannya kekar adalah ciri umum pada jenis ini, sehingga dibandingkan dengan betina, jenis jantan sering dilombakan,” kata Gondrong.
Saat memilih cupang sesuai dengan bentuk badan, umumnya kita bisa memilah mana yang sesuai dan yang tidak. Patokannya, kembali lagi pada sirip dan ekor, jika sesuai berarti ikan akan tumbuh dengan cantik. Selain itu, bagian lain yang sering jadi perhatian adalah ekor.
Menurut Gondrong, tulang ekor yang baik berjumlah minim 6-18 ruas dengan interval sama. Jika dua pasang – semua harus dua – dan usahakan tak ada satu tulang ekor pun yang patah atau bengkok, karena dalam kontes hal ini sering mengurangi penilaian juri. Hal yang sama juga harus diperhatikan di bagian sirip dan dasi cupang. Jika tidak merata, maka dominasi kecantikan cupang akan berkurang.
Setelah anakan siap dikembangkan, barulah perawatan lebih menitik-beratkan pada pemberian makanan, kebersihan lingkungan, dan penggunaan media air yang tepat. Terkadang orang sering menyepelekan beberapa hal ini. Padahal kesehatan ikan yang kurang terjaga, membuat kecantikannya semakin menurut. Itu ditandai oleh rontoknya sirip.
Selain bentuk yang sempurna, warna juga sering diperhitungkan dalam kontes cupang hias. Paling sering dalam hal ini ada tiga kelas ketika kita fokus disatukan pada segi warna, yaitu kelas warna dasar, kombinasi, dan bebas. [adi]
Makanan Tepat Bagi si Cupang
Tak cukup dengan makanan instan, cupang biasanya cocok diberi makanan alami. Selain tak sedikit jenis yang tak suka makanan instan, pemberian nutrisi yang cukup akan meningkatkan pertumbuhan tampilan dan warna ikan.
“Kendala saat merawat cupang biasanya terletak pada makanan. Cupang sering tak familiar, bahkan tak suka dengan makanan instan yang biasa dijual di pasaran. Untuk itulah, kita biasanya dapat mengantisipasi dengan memberinya makanan pengganti alternatif,” papar Gondrong.
Makanan ikan ini antara lain cacing sungai, nematode (kutu air), udang, dan makanan beku. Cacing sungai atau orang biasa menyebutnya dengan cacing darah. Itu berbeda dengan cacing tanah, biasanya cacing ini berukuran kecil. Jika Anda tak ingin susah mencarinya di sungai, Anda bisa mendapatkannya di penjual ikan hias atau pedagang cacing sungai yang banyak dijumpai ketika musim hujan datang.
Harganya sangat terjangkau – perkilonya – Anda mungkin akan mengeluarkan uang tak kurang Rp 30 ribu. Sedangkan kutu air – berbentuk seperti jentik nyamuk – hanya berwarna merah dan berukuran kecil. Seperti cacing darah, pakan ini juga sering dijual beberapa penjual ikan hias dengan harga Rp 5000 per kantong.
Selain makanan hidup, cupang juga bisa diberi makanan semi instan, seperti cacing beku. Kali ini makanan dibekukan dan akan mencair ketika makanan diberikan ke ikan. Untuk mendapatkan makanan ini, biasanya kita dihadapkan pada beberapa merk tertentu dan dijual dalam bentuk sachet.
Meski sering langsung dilahap ketika kita memasukkan makanan ini, pensterilan tetap harus dilakukan untuk memutus rantai perkembangan bakteri penyebab penyakit pada ikan. Untuk mensterilkan makanan, biasanya dilakukan penjemuran yang sebelumnya sudah dicampuri beberapa bahan anti-oksidan yang bisa didapat secara bebas di pasaran.
Umumnya, makanan bisa diberikan dua kali dalam sehari ketika pagi dan sore. Intensitas inilah yang akhirnya membuat kita harus tetap waspada, karena ikan akan sering membuang kotoran.
“Usahakan mengambil kotoran dengan selang dan membuangnya, dengan sekali dalam seminggu mengganti penuh air yang ada. Itu jika Anda ingin ikan bebas dari penyakit,” ujar Gondrong. [adi]

Ikan Laut Hias
Perlakuan Ekstra di Tahap Awal
Masih ingat dengan film animasi yang bercerita tentang kehidupan di dalam laut, Finding Nemo? Dalam film itu, berbagai jenis ikan laut jadi bintangnya. Jenis-jenis menawan, seperti Brown Kelly, Blue Devil, Polly Mars, Capungan, dan Kodok Kuning jadi incaran penggemar ikan laut hias.
Wajar bila Anda terpesona dengan karakter lucu mereka dan tak hanya menikmati animasinya. Sebab, kita pun bisa memelihara dan bisa mengagumi pesonanya kapan pun. Keragaman ikan laut terkenal dengan karakternya yang bervariasi, baik dari bentuk, warna ataupun sifatnya.
Ikan laut digolongkan jadi dua kategori, yaitu untuk konsumsi dan estetika (hiasan). Keragaman inilah yang membuatnya jadi daya tarik sendiri bagi setiap orang. Paling dominan yang menandai perbedaannya kebanyakan ada pada struktur tubuhnya. Tak sedikit orang yang memanfaatkan keindahan tubuhnya sebagai dekoratif akuarium. Warna-warni dan bentuk yang unik, membuat mata tak bosan untk terus berlama-lama di depan akuarium. Belum lagi kolaborasi setting dengan gerombolan terumbu karang.
“Konon, memilihara ikan bisa dijadikan alternatif terapi pikiran. Coba saja ketika sedang pusing, Anda melihat gerombolan ikan di akuarium, pasti pikiran penat akan hilang,” kata Pedagang Ikan Laut Hias di Patuha Surabaya, Anshori.
Namun untuk memelihara ikan laut hias ini bukanlah perkara mudah untuk diterapkan. Pasalnya jika dilakukan secara asal, akan berakibat fatal bagi proses kehidupan biota di dalamnya. Misalnya ikan, terumbu karang, dan tumbuhan air di dalamnya. Banyak kasus tragis yang sering terjadi saat memelihara ikan laut hias ini.
Kebanyakan ikan ada dalam kondisi stres atau malahan mati. Ini seringkali dikeluhkan, terlebih bagi mereka yang masih awam dengan karakter kehidupan ikan laut. Sebenarnya, menurut karyawan Anshori – Wawan, merawat ikan laut hias bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Itu selama kita tahu langkah-langkah aman yang diterapkan untuk ikan dan biota laut lainnya. Mau tahu tips sukses merawat ikan laut hias?

  • Pertama: Filterisasi
  • Proses filter air perlu dilakukan sebagai langkah awal sebelum ikan dan biota laut lain masuk ke akuarium. Tujuannya, untuk proses sirkulasi dan menetralisir kadar garam di dalamnya. Untuk mengetahui kadar garam air laut dalam akuarium bisa mengunakan alat pengukur hydrometer. Pasalnya, jika kadar garam terlalu tinggi, besar kemungkinan ikan akan berubah warna. Sedangkan kadar garam rendah, membuat ikan lemas.
    Waktu efektif yang diperlukan untuk proses filterisasi ini bisa dilakukan selama satu hari.
    Demikian halnya proses sirkulasi akan lebih maksimal, jika diterapkan terpisah dari akuarium utama. Itu dilakukan untuk meminimkan frekuensi pengurasan akuarium. Dijamin dalam jangka waktu satu tahun, akuarium tetap bersih tanpa dikuras.

  • Kedua: Pemilihan Ikan
  • Ada hal yang juga perlu diperhatikan dalam langkah awal ini. Terlebih, bagi Anda yang baru pertama kali bergelut dengan ikan laut hias. Disarankan untuk tidak membeli dalam jumlah banyak. Itu untuk memberi kesempatan pada ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan buatan yang baru. Ini tak hanya berlaku untuk ikan, terumbu dan tanaman laut juga harus melewati fase ini.
    Hal itu terjadi, karena sebagian besar ikan laut hias yang ditangkap menggunakan potas (racun ikan), sehingga ikan ada dalam tingkat stres yang tinggi. Banyaknya orang yang gagal dalam merawat ikan laut hias lantaran tidak mengerti banyak tentang kondisinya.
    “Itulah tujuan untuk tidak membeli ikan dalam jumlah banyak pada tahap awal dan usahakan agar ukuran ikan dalam satu akuarium sepadan. Itu untuk mencegah tingkat stres, khususnya bagi ikan kecil,” jelas Wawan.

  • Ketiga: Sinar UV&Pendingin
  • Karena ikan laut ini hidup di habitat buatan, tentu aspek-aspek pendukung juga dibuat menyerupai habitat asli. Misalnya, penyinaran dan kondisi suhu dalam air. Sebagian besar biota laut membutuhkan asupan sinar matahari, meski tak secara langsung.
    Untuk mengakali ini, bisa dengan menerapkan sinar ultraviolet buatan. Sama halnya dengan penyesuian kondisi di dalam laut, dimana biota lebih menyukai suhu dingin. Membuat kondisi ini, penggunaan chiller (pendingin) boleh dianjurkan dengan menerapkan tingkat derajat 26-270 C. Sebab harga chiller tergolong mahal, alternatif memanfaatkan es batu pun bisa dilakukan 4-5 kali dalam sehari. [santi]